Kisah Imam Syafi’i Bertemu Jodoh | Mading Online Edisi #1/IV/22

Mading Online

Kisah Imam Syafi'i Bertemu Jodoh

Download [PDF]

Skrip Kisah Imam Syafi’i Bertemu Jodoh :

Alkisah Al-Malik, Gubernur Yaman, mengundang Imam Syafi’i untuk tinggal di rumahnya ketika mereka tiba di Yaman. Akan tetapi, Imam Syafi’i merasa tidak nyaman tinggal di kediaman Gubernur yang mewah dan indah. Ia ingin pergi dari sana. Sebaliknya, Gubernur itu pun ingin Imam Syafi’i tetap tinggal bersamanya.

“Wahai Imam Syafi’i, aku yang mengajakmu datang ke Yaman. Karena itu, aku bertanggung jawab untuk melindungi keselamatanmu, menjaga makan dan minummu, serta menjamin kesehatanmu. Karena itu, tetaplah tinggal di rumah ini dan saya tidak akan meminta balasan apa pun darimu,” bujuk Gubernur Yaman.

“Wahai Tuan gubernur, saya tertarik untuk datang ke Yaman karena negeri ini kaya akan peninggalan sejarah. Di sini pernah ada Kerajaan Saba’, Madain, Hirrah, dan Ghazzan. Di negeri ini juga awal mula kisah percintaan antara Ratu Balqis dengan Nabi Sulaiman. Oleh sebab itu, saya mohon izin untuk melihat tempat-tempat bersejarah itu,” kata Imam Syafi’i pula.

Gubernur Yaman menyetujui permin-taannya. Imam Syafi’i menggunakan kesempatan itu untuk mengunjungi tempat -tempat bersejarah yang ada di Yaman. Ia juga mempelajari sejarah Yaman.

“Wahai Imam Syafi’i, aku akan menjodohkanmu dengan seorang gadis yang baik dari keturunan yang baik. Aku berharap kamu tidak menolak pilihanku ini,” kata Gubernur Yaman.

“Bolehkah saya tahu siapa gadis itu?” tanya Imam Syafi’i pula.

“Namanya Hamidah binti Uyainah bin Amru bin Utsman bin Affan. Ia merupakan keturunan Khalifah Utsman bin Affan,” jawab Al-Malik Tidak lama kemudian Imam Syafi’i menikah dengan Hamidah.

Mereka tinggal di rumah sendiri, di Sana’a. Mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Abu Utsman Muhammad, Fatimah, dan Zainab. Mereka juga mempunyai seorang pembantu perempuan berkulit hitam.

“Wahai Imam Syafi’i, wilayah Najran memerlukan seorang hakim. Menurut pendapatku, kamulah yang paling layak memegangjabatan itu. Karena itu, terimalah tawaranku ini,” kata Gubernur Yaman pada suatu hari.

Atas permintaan Gubernur Yaman, Imam Syafi’i membawa keluarganya pindah ke Najran. Ia dilantik menjadi hakim di wilayah tersebut.

Imam Syafi’i lahir di kota Gaza, Palestina pada bulan Rajab tahun 150 Hijriah. Ada yang mengatakan ia dilahirkan bertepatan pada saat Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) meninggal dunia.

Ia lahir pada masa kekhalifahan Abu Ja’far Al-Mansur dari Bani Abbasiyyah.

Imam Syafi’i dibesarkan dalam keadaan serba kekurangan. Sejak kecil ia sudah mempelajari Al-Qur’an dan menghafalnya

sejak berusia sembilan tahun. Pada usia sepuluh tahun, Imam Syafi’i sudah memahami dan menghafal kitab Al-Muwatta’ yang dikarang oleh Imam Malik.

Ia juga mempunyai suara yang merdu, pandai bersyair dan bersajak. Ketika berusia 15 tahun, ia telah memberi fatwa dan mengajar orang-orang di Masjid Al-Haram.

Masyarakat memujinya karena kegigihan dan kepandaiannya yang luar biasa. Ia meninggal di Mesir pada tahun 204 Hijriah ketika berumur 54 tahun.

Sumber :

Latip Talib, Abdul. 2010. Imam Syafi’i Pejuang Kebenaran. Selangor, Malaysia : Penerbit Erlangga. Hlm. 146-151.

Mading Online masjidnurulimanbb.com

Disusun oleh @ardiyansyahdotcom

You May Also Like

Fenomena Gelombang Internal di Dasar Laut | Mading Online Edisi #2/IV/22
Dokumentasi Foto & Video Tahun Baru Hijriyah 1441 H

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Recent Comments

Archives

Menu